BRANDSPACE.ID

Berkumpul dan Mainkan Permainan Terbaik Bersama Kami!

MindsEye : Ambisi Besar yang Terjebak di Tengah Jalan

MindsEye

Brandspace.id – MindsEye adalah game aksi sinematik yang dikembangkan oleh Build a Rocket Boy, studio yang didirikan oleh Leslie Benzies, mantan presiden Rockstar North—tokoh kunci di balik kesuksesan Grand Theft Auto V dan Red Dead Redemption.

Game ini pertama kali diperkenalkan sebagai bagian dari proyek ambisius yang lebih besar bernama Everywhere, yaitu sebuah platform game dan dunia virtual yang memungkinkan pemain menciptakan pengalaman interaktif mereka sendiri.

Dalam konteks ini, MindsEye bertindak sebagai game AAA “di dalam” platform Everywhere, sekaligus menjadi showcase teknologi dan potensi naratif studio tersebut.

Namun, harapan tinggi pada MindsEye justru menjadi bumerang saat game ini diluncurkan. Setelah bertahun-tahun dinantikan dan digadang-gadang sebagai “penerus spiritual” dari GTA, kenyataan yang dihadapi oleh pemain ternyata berbeda jauh dari ekspektasi.

Cerita dan Tema Dunia Distopia

Game MindsEye berlatar di sebuah dunia fiksi futuristik bernama Union City, di mana teknologi neural implant yang dikenal sebagai MindsEye telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Pemain mengendalikan Jacob, mantan prajurit yang mengalami trauma masa lalu dan perlahan-lahan mengungkap konspirasi seputar teknologi implant tersebut.

Secara tematik, MindsEye mengusung gagasan klasik tentang bahaya teknologi, pengawasan, dan kontrol sosial. Konsep-konsep seperti penghapusan ingatan, manipulasi realitas, dan kebebasan individu berusaha disajikan dalam cerita.

Sayangnya, menurut banyak ulasan, eksekusi naratifnya kurang dalam. Alur cerita dianggap klise dan terlalu bergantung pada monolog internal karakter, dengan dialog yang terlalu berat dan tidak natural.

Cerita MindsEye memiliki ambisi besar—mirip dengan tema dalam film seperti Blade Runner atau Deus Ex—tetapi tidak mampu mencapai kedalaman emosi atau kompleksitas moral yang sama.

Banyak pemain merasa bahwa game ini tidak memberikan pilihan bermakna, hanya mengikuti jalur cerita linear tanpa interaktivitas yang signifikan.

Gameplay: Gaya Lama dalam Bungkus Baru

MindsEye adalah game third-person action shooter dengan elemen petualangan linier. Pemain akan menemukan berbagai misi yang terdiri dari pertempuran bersenjata, peretasan sistem, penyusupan, hingga adegan berkendara.

Namun, meskipun jenis misinya beragam, variasi gameplay sering kali tidak terasa segar atau inovatif.

Beberapa mekanik permainan justru mengingatkan pada game era 2010-an, bukan game AAA tahun 2025. Sistem cover-shooting, AI musuh yang kaku, serta navigasi misi yang sangat terbimbing membuat banyak pemain merasa kurang tertantang.

Fitur hacking yang seharusnya menjadi aspek menarik dari game ini pun terasa generik dan tidak jauh berbeda dari game-game bertema cyberpunk sebelumnya.

Selain itu, kontrol kendaraan yang kaku dan tidak responsif menjadi salah satu aspek yang paling dikritik. Dalam beberapa misi kejar-kejaran, mobil sulit dikendalikan dan tampak “melayang”, seolah-olah tidak menyentuh aspal.

Efek sinematik yang ingin dikejar oleh pengembang kadang justru mengganggu kenyamanan bermain.

Visual dan Desain Dunia: Cantik tapi Kosong

Dari sisi presentasi visual, MindsEye sebenarnya memiliki potensi. Dunia futuristik yang dibangun memiliki detail arsitektur yang cukup menarik, dengan pencahayaan neon dan suasana malam yang khas cyberpunk. Namun, keindahan dunia tersebut tidak diimbangi dengan interaktivitas atau aktivitas yang layak.

Banyak pemain merasa bahwa dunia MindsEye terasa “kosong”—NPC yang tidak berinteraksi secara dinamis, toko dan bangunan yang hanya bisa dilihat dari luar, serta kurangnya aktivitas sampingan. Dunia yang semestinya hidup dan penuh kejutan justru terasa seperti latar belakang film, bukan lingkungan permainan interaktif.

Frame rate yang tidak stabil di beberapa platform juga memperburuk pengalaman visual. Bahkan di PC dengan spesifikasi tinggi, game ini kadang mengalami stutter atau crash secara tiba-tiba.

Integrasi dengan Platform Everywhere

Sebagai bagian dari platform Everywhere, MindsEye seharusnya menjadi contoh bagaimana game AAA bisa eksis berdampingan dengan dunia buatan pengguna. Namun, integrasi antara MindsEye dan Everywhere terasa setengah hati.

Alih-alih saling melengkapi, keduanya justru tampak seperti dua proyek terpisah yang dipaksakan bersatu. Tidak ada keterhubungan cerita yang jelas, dan tidak banyak insentif bagi pemain Everywhere untuk memainkan MindsEye, atau sebaliknya. Hal ini menimbulkan kesan bahwa MindsEye hanya digunakan sebagai alat promosi yang kurang relevan terhadap platform induknya.

Respon Awal dan Kontroversi

Saat diluncurkan, MindsEye langsung menuai kontroversi. Selain performa teknis yang buruk, banyak pemain menilai bahwa game ini adalah “produk setengah matang”. Bahkan, komunitas gaming di Reddit dan forum seperti ResetEra menyebut MindsEye sebagai “game yang terlalu dini untuk rilis.”

Beberapa dugaan menyebut bahwa tekanan investor terhadap Build a Rocket Boy membuat game ini dirilis sebelum waktunya. Ada pula kritik terhadap keputusan studio yang terlalu fokus pada Everywhere, sehingga MindsEye hanya menjadi pelengkap.

Tidak hanya gamer, media juga memberikan penilaian yang keras. IGN memberi skor 5/10 dengan alasan “visual bagus tapi gameplay tidak menyenangkan”. GamesRadar menyebutnya “visual sugar but hollow soul”, sementara Polygon menilai game ini sebagai “ambisius namun gagal secara fundamental”.

Masalah Teknis dan Bug

Selain masalah gameplay dan narasi, MindsEye juga memiliki banyak bug dan gangguan teknis. Beberapa di antaranya termasuk:

  • NPC yang menembus dinding.

  • Kendaraan yang hilang secara acak.

  • AI musuh yang diam tak bergerak.

  • Save file yang corrupt.

  • Audio hilang di cutscene penting.

Kondisi ini membuat banyak pemain frustrasi dan menganggap bahwa game ini seharusnya tetap berada dalam tahap pengembangan beta. Beberapa reviewer bahkan menyarankan untuk menunggu update besar atau patch mayor sebelum mencoba memainkannya.

Potensi yang Terbuang?

Satu hal yang disepakati banyak orang adalah bahwa MindsEye sebenarnya memiliki potensi besar. Ide dunia distopia yang dikendalikan oleh teknologi implant, dengan karakter-karakter bermasalah dan tema sosial yang kuat, bisa menjadi bahan dasar sebuah game yang luar biasa.

Namun, eksekusi yang buruk, ditambah dengan pendekatan yang terlalu mengandalkan nostalgia tanpa pembaruan mekanik modern, membuat MindsEye gagal memenuhi ekspektasi. Bahkan kontribusi Leslie Benzies, yang dahulu dipuji lewat visi sinematik GTA V, tidak cukup menyelamatkan game ini dari reputasi buruk.

Masa Depan MindsEye dan Build a Rocket Boy

Setelah rilis yang mengecewakan, banyak yang mempertanyakan masa depan MindsEye. Apakah studio akan terus mengembangkan game ini melalui DLC atau pembaruan besar? Apakah MindsEye akan menjadi contoh kegagalan seperti Anthem dari Bioware, atau bisa bangkit seperti No Man’s Sky?

Build a Rocket Boy sendiri belum memberikan jawaban yang pasti. Namun, pernyataan resmi mereka menyebutkan bahwa mereka “mendengar masukan dari komunitas” dan akan “berkomitmen meningkatkan kualitas dan konten di masa mendatang”. Sayangnya, kepercayaan pemain yang telah hilang bukan hal yang mudah dipulihkan.

Banyak yang berharap studio ini belajar dari kesalahan dan mengalihkan fokus untuk menyempurnakan Everywhere, platform yang bisa menjadi jalan baru untuk pengalaman game berbasis komunitas.

Kesimpulan: Pelajaran dari MindsEye

MindsEye adalah contoh nyata bahwa nama besar, teknologi tinggi, dan konsep ambisius tidak cukup untuk menciptakan game yang hebat. Tanpa eksekusi yang matang, konsistensi naratif, dan gameplay yang memuaskan, sebuah game mudah terjerumus ke dalam kategori “gagal”.

Game ini menjadi pengingat bahwa industri game membutuhkan keseimbangan antara inovasi dan kualitas. Meskipun MindsEye bukan game terburuk yang pernah ada, namun ia tetap mencerminkan bagaimana ekspektasi yang tidak ditopang oleh pengembangan yang konsisten bisa menjadi bumerang besar.