BRANDSPACE.ID

Berkumpul dan Mainkan Permainan Terbaik Bersama Kami!

Dying Light : Game Parkour Zombie Horror

dying light

Brandspace.id – Sejak kemunculan genre zombie di industri video game, banyak pengembang berlomba-lomba menciptakan pengalaman menyeramkan dan menantang di tengah dunia yang terinfeksi.

Namun, hanya segelintir game yang berhasil keluar dari pakem dan menawarkan sesuatu yang benar-benar berbeda. Salah satunya adalah Dying Light, sebuah game yang dikembangkan oleh Techland dan dirilis pertama kali pada tahun 2015.

Menggabungkan elemen survival horror, aksi parkour, dan open-world RPG, Dying Light telah merevolusi cara pemain berinteraksi dengan dunia yang dikuasai para zombie. Keunikan mekanik, atmosfer mencekam, dan evolusi teknologi membuat game ini layak dikenang sebagai salah satu pilar genre zombie modern.

Latar Belakang dan Pengembangan oleh Techland

Techland, pengembang asal Polandia, sebelumnya dikenal lewat game Dead Island, yang juga bertema zombie. Namun, mereka mengakui bahwa game tersebut memiliki keterbatasan, terutama dalam mobilitas karakter dan kedalaman gameplay.

Dari situ, ide Dying Light lahir sebagai proyek yang jauh lebih ambisius. Mereka ingin menciptakan dunia terbuka yang hidup, dengan siklus siang-malam, sistem pertarungan dinamis, serta fitur parkour yang memungkinkan pemain bergerak dengan bebas.

Butuh waktu lebih dari tiga tahun untuk menyempurnakan Dying Light, yang pada akhirnya dirilis untuk PC, PlayStation 4, dan Xbox One pada Januari 2015.

Alur Cerita: Konspirasi, Infeksi, dan Pilihan Moral

Dying Light mengambil latar di kota fiktif bernama Harran, yang sedang dikarantina setelah wabah zombie menyebar. Pemain mengendalikan Kyle Crane, seorang agen rahasia yang dikirim oleh organisasi Global Relief Effort (GRE) untuk menyusup dan mencari file penting yang bisa mengungkap konspirasi besar.

Dalam perjalanan, Crane berhadapan dengan berbagai kelompok survivor, bandit, dan makhluk terinfeksi yang semakin ganas.

Cerita Dying Light tidak hanya sekadar tentang melawan zombie. Pemain dihadapkan pada dilema moral, harus memilih antara menyelesaikan misi utama GRE atau membantu warga sipil yang tertindas. Ini memberi kedalaman pada karakterisasi dan membuat pemain merasa lebih terlibat dalam narasi yang berkembang seiring waktu.

Gameplay: Parkour dan Perlawanan dalam Dunia yang Hidup

Keunggulan utama Dying Light terletak pada sistem parkour yang fluid dan responsif. Pemain dapat memanjat dinding, melompati bangunan, bergelantungan, dan berlari dengan kecepatan tinggi untuk menghindari ancaman.

Sistem ini terinspirasi dari Mirror’s Edge, namun dikombinasikan dengan atmosfer survival horror yang membuatnya unik. Gerakan yang cepat sangat penting, terutama saat malam hari, ketika zombie menjadi lebih kuat dan agresif.

Selain mobilitas, gameplay juga menawarkan sistem pertarungan berbasis melee yang brutal. Pemain menggunakan berbagai senjata rakitan, dari tongkat baseball berduri hingga parang listrik.

Setiap senjata memiliki daya tahan terbatas, sehingga pemain harus pintar memilih kapan melawan dan kapan kabur. Kombinasi parkour dan pertempuran menciptakan dinamika gameplay yang terus menegangkan dan tidak repetitif.

Sistem Siang-Malam: Dua Dunia dalam Satu Kota

Salah satu fitur revolusioner dalam Dying Light adalah siklus siang dan malam yang memengaruhi perilaku musuh dan strategi pemain. Di siang hari, pemain berhadapan dengan zombie lambat dan lingkungan relatif aman untuk eksplorasi.

Namun, saat malam tiba, makhluk bernama Volatiles keluar, jauh lebih cepat dan mematikan dibanding zombie biasa. Saat ini, game berubah menjadi stealth survival, di mana pemain harus bersembunyi, berlari, atau menggunakan jebakan untuk bertahan.

Perbedaan ini menciptakan ketegangan alami dan meningkatkan replayability. Pemain didorong untuk merencanakan kegiatan mereka, seperti mencari suplai atau menyelesaikan misi, berdasarkan waktu dalam game. Keputusan untuk keluar di malam hari juga memberi reward EXP dua kali lipat, membuat risiko sebanding dengan hasilnya.

Elemen RPG dan Crafting: Menyesuaikan Gaya Bermain

Dying Light juga mengintegrasikan elemen RPG, di mana pemain bisa mengembangkan karakter melalui tiga skill tree: Survivor, Agility, dan Power. Masing-masing membuka kemampuan baru, seperti roll setelah lompat tinggi, serangan kuat, atau crafting item canggih.

Ini membuat progresi terasa bermakna, karena setiap aksi yang dilakukan berkontribusi pada pertumbuhan karakter.

Sistem crafting sangat mendalam. Pemain dapat mengumpulkan berbagai material seperti kain, kabel, alkohol, dan logam, lalu merakit item penyembuh, bom, atau senjata khusus. Desain ini mendukung gaya bermain yang fleksibel, apakah ingin bertarung habis-habisan atau menghindari konflik.

Grafik dan Atmosfer: Dunia yang Detail dan Imersif

Secara visual, Dying Light memanfaatkan engine Chrome Engine 6 milik Techland yang memungkinkan detail tinggi, pencahayaan dinamis, dan efek cuaca realistis. Kota Harran dirancang menyerupai wilayah Timur Tengah, dengan gedung-gedung tua, pasar, zona militer, dan terowongan gelap.

Atmosfernya begitu kuat hingga pemain benar-benar merasa terisolasi dalam dunia post-apocalyptic.

Pencahayaan memainkan peran penting, terutama saat transisi siang ke malam. Sinar matahari yang mulai meredup, dikombinasikan dengan suara mengeram zombie dan sirene kota, menciptakan sensasi horor psikologis yang menegangkan. Musik latar oleh komposer Paweł Błaszczak juga memperkuat suasana ini, dengan nuansa ambient yang berubah sesuai konteks permainan.

Mode Multiplayer dan Co-Op: Bertahan Bersama Teman

Dying Light menawarkan mode multiplayer co-op hingga empat pemain, memungkinkan pengalaman bertahan hidup menjadi lebih sosial dan strategis. Pemain bisa bekerja sama untuk menyelesaikan misi, berburu supply drop, atau sekadar menjelajahi kota bersama.

Sistem ini tidak hanya memperpanjang umur game, tetapi juga menciptakan momen seru dan tak terduga, seperti dikejar Volatile saat satu tim lupa membawa flare.

Terdapat pula mode PvP bernama Be the Zombie, di mana pemain bisa mengendalikan zombie spesial dan menyerang pemain lain. Ini menambahkan lapisan gameplay kompetitif yang segar dan menantang.

Ekspansi dan DLC: Dunia yang Terus Berkembang

Kesuksesan Dying Light mendorong Techland untuk merilis berbagai DLC dan ekspansi besar, yang memperluas cerita dan gameplay. Salah satu yang paling terkenal adalah Dying Light: The Following, di mana pemain menjelajah wilayah pedesaan dengan kendaraan buggy yang dapat dimodifikasi.

Ekspansi ini memperkenalkan sistem kepercayaan dengan faksi lokal, serta ending alternatif yang lebih gelap dari cerita utama.

DLC lain seperti Bozak Horde, Hellraid, dan berbagai paket skin serta senjata menambah variasi dan nilai tambah bagi pemain yang ingin terus mengeksplor dunia Harran.

Kesuksesan dan Penerimaan Publik

Sejak dirilis, Dying Light mendapatkan respon positif dari kritikus dan pemain. Game ini dipuji karena inovasi gameplay, desain level yang brilian, serta atmosfer horor yang konsisten. Di Metacritic, versi PC-nya mendapatkan skor 87/100, sementara versi konsol sedikit lebih rendah karena performa grafis.

Secara komersial, Dying Light menjadi salah satu game terlaris dari Techland, dengan penjualan lebih dari 20 juta kopi di seluruh platform hingga 2024. Komunitas modding juga aktif menciptakan konten tambahan yang memperpanjang umur game, mulai dari misi buatan penggemar hingga mode tantangan baru.

Warisan dan Pengaruh: Menjadi Standar Baru Game Zombie

Keberhasilan Dying Light tidak hanya menciptakan franchise baru, tetapi juga mengubah standar genre game zombie. Banyak game setelahnya mencoba mengintegrasikan sistem parkour dan siklus waktu yang dinamis. Bahkan game seperti State of Decay 2, Days Gone, dan Back 4 Blood terinspirasi oleh pendekatan gameplay yang diperkenalkan Techland.

Game ini juga membuktikan bahwa dengan pendekatan inovatif, genre yang dianggap jenuh seperti zombie bisa dihidupkan kembali. Dying Light menjadi bukti bahwa kreativitas dan eksekusi yang solid mampu menghadirkan pengalaman bermain yang tak terlupakan.

Penutup: Dying Light sebagai Legenda Modern

Dying Light bukan sekadar game zombie. Ia adalah perpaduan sempurna antara aksi, strategi, dan survival dalam dunia yang memaksa pemain berpikir cepat dan bertindak gesit. Sistem parkour yang revolusioner, atmosfer dunia terbuka yang imersif, serta narasi yang matang menjadikan game ini sebagai tonggak penting dalam sejarah game survival horror.

Techland berhasil membuktikan bahwa mereka bukan hanya studio pembuat game zombie biasa, tetapi inovator yang mengangkat standar industri. Bahkan setelah hampir satu dekade, Dying Light tetap relevan dan dicintai oleh komunitas.

Dengan kehadiran Dying Light 2: Stay Human, warisan game ini akan terus hidup dan berevolusi di masa depan. Bagi siapa pun yang mencintai tantangan, eksplorasi bebas, dan adrenalin di tengah dunia apokaliptik, Dying Light adalah pengalaman yang wajib dimainkan.